Ganda Swarna adalah seniman performer dan penulis naskah teater yang lahir di Medan pada 15 Februari 1992. Dengan latar belakang pendidikan seni teater dari ISBI Bandung, ia mengkhususkan diri dalam eksplorasi site-specific theater yang menggabungkan arsip kisah warga, tubuh dalam ruang privat dan publik, serta penciptaan pengalaman teater yang melibatkan seluruh indera.
Lahir di kota Medan, 15 Februari 1992, kini berdomisili di Tangerang Selatan, Indonesia. Ganda Swarna menempuh pendidikan seni di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Fakultas Seni Pertunjukan, Jurusan Seni Teater dari tahun 2013 - 2019.
Selama masa studinya, ia mengkhususkan minat pada penulisan naskah teater sebagai tugas akhir, yang kemudian menjadi fondasi penting dalam perkembangan kariernya sebagai seniman yang tidak hanya perform, tetapi juga menciptakan narasi yang mendalam tentang ruang dan komunitas.
Sebagian besar karya Ganda Swarna sebagai performer bekerja dengan arsip kisah warga, mengeksplorasi hubungan antara tubuh dalam ruang privat dan ruang publik. Pendekatan ini mencerminkan kepeduliannya terhadap memori kolektif dan pengalaman individu dalam konteks urban.
Ketertarikannya dalam kerja artistik site-specific theater berfokus pada eksplorasi kemungkinan peristiwa teater dari nalar penciptaan atas perspektif penonton, ruang, sensori, serta kisah-kisah yang melekat pada lokasi tertentu. Ini menjadikan setiap karyanya unik dan tidak dapat dipisahkan dari konteks geografis dan sosialnya.
Dalam perhelatan pertama TerapFest #1 2024 “Braga Berebut Kenangan”, Gerilya Bunyi berhasil menjadi salah satu karya yang menarik perhatian dengan konsep teater bunyi yang inovatif. Karya ini didistribusikan melalui QR-code di beberapa titik Jalan Braga, menciptakan pengalaman teater yang tersebar dan interaktif.
Konsep teater bunyi ini memungkinkan audiens untuk mengakses karya secara individual namun tetap terhubung dengan lanskap bunyi kolektif Braga. Pendekatan teknologi digital yang sederhana namun efektif ini membuka kemungkinan baru dalam distribusi karya teater di ruang publik.
Berkolaborasi dengan dua warga setempat, Salma Aulia dan Sri Kartini, Gerilya Bunyi menghadirkan ragam bunyi yang berlomba hadir di tengah kebisingan lanskap bunyi Braga. Kolaborasi ini menunjukkan komitmen Ganda Swarna terhadap partisipasi komunitas dalam proses kreatif.
Setiap elemen bunyi ini tidak hanya merepresentasikan keragaman akustik Braga, tetapi juga menjadi medium untuk mengeksplorasi memori kolektif dan pengalaman sensori warga dalam ruang urban.
Bagaimana keberlanjutan karya ini? Akankah lanskap bunyi kali ini hadir dengan bentuk yang baru? Pertanyaan ini menjadi inti dari eksplorasi Ganda Swarna dalam Terap Fest #02 “Caang Mumbul Dina Batok”.
TerapFest 2025 akan menyaksikan ramuan proses menarik dari Gerilya Bunyi, sebuah evolusi dari karya sebelumnya yang telah terbukti mampu menciptakan pengalaman teater yang inovatif dan partisipatif. Karya ini diharapkan akan mengeksplorasi dimensi baru dari lanskap bunyi urban.
Dengan pengalaman sukses dari TerapFest 2024, Ganda Swarna diharapkan akan membawa pendekatan yang lebih matang dalam mengintegrasikan teknologi, partisipasi komunitas, dan eksplorasi sensori. Karya berkelanjutan ini berpotensi menjadi model baru untuk teater site-specific di Indonesia.
23-30 Agustus 2025
Karya Berkelanjutan
Mari saksikan bersama evolusi Gerilya Bunyi dalam bentuk yang baru. Bagaimana lanskap bunyi Braga akan bertransformasi dan berinteraksi dengan tema “Caang Mumbul Dina Batok”? Pengalaman teater bunyi yang menggabungkan teknologi, partisipasi komunitas, dan eksplorasi sensori menanti Anda.
Bergabunglah dalam pengalaman teater bunyi yang inovatif, di mana setiap suara kota menjadi bagian dari narasi kolektif yang menggugah dan transformatif.